Saum dan Kebersihan Jiwa

BULAN Ramadan adalah bulan pelatihan, bulan training center yang seharusnya dapat dimanfaatkan untuk membuat akhlak dan pribadi kita menjadi lebih bersih dan indah. Ramadan merupakan sebuah kesempatan yang telah Allah berikan bagi kita untuk memperbaiki sikap dan perilaku kita. Pantang bagi kita menyia-nyiakan perpindahan detik demi detik di bulan Ramadan ini tanpa amalan apa pun. Ramadan ini sungguh sangat berharga bagi kita sehingga kita harus memperhitungkan agar setiap ucapan, pikiran, dan perilaku kita menjadi amal saleh.

Mari kita awali bulan Ramadan ini dengan menata kebersihan diri, melatih diri untuk senantiasa hidup bersih lahir batin adalah suatu tuntunan yang harus dijalani. Namun, langkah itu sangat bergantung pada keseriusan dan tekad diri kita sendiri. Pola hidup bersih harus berawal dari diri sendiri. Mulailah berlatih hidup bersih dari hati, lisan, sikap, dan tindakan.

Berusahalah agar setiap untaian kata yang keluar dari lisan kita penuh makna. Hindari kata-kata kotor, keji, dan tidak senonoh. Sebab, setiap kali kita bicara kotor, layout wajah bisa mendadak berubah menjadi buruk. Makin bersih hidup kita, kita akan semakin peka. Coba lihat cermin yang bersih! Satu titik noda menempel padanya akan cepat ketahuan. Akan tetapi kalau cermin kotor, penuh noda dan debu, digunakan untuk melihat wajah sendiri saja susah. Makin bersih diri kita, insya Allah kita akan lebih peka melihat aib dan kekurangan diri sendiri. Bahkan, kita akan lebih peka terhadap peluang amal dan ilmu. Sebaliknya, bagi yang kotor hati, jangankan untuk melihat kekurangan orang lain, melihat kekurangan diri saja tidak mampu.

Orang yang hidup kotor, sekalipun sering melanggar larangan Allah, tidak pernah merasa diri banyak dosa. Dia tidak pernah merasa bersalah dan mempunyai kekurangan. Kesalahan dia lihat pada orang lain melulu. Itulah buah dari hidup kotor. Harta kotor, pikiran kotor, dan kelakuan kotor menghasilkan ”cermin” kotor. Hidup seperti ini tentu sangat jauh dari kebahagiaan dan kemuliaan.

Nabi Muhammad saw., adalah figur pribadi yang bersih tubuh, bersih pikiran, bersih ucapan, dan bersih hati. Tutur kata beliau penuh makna, jauh dari sia-sia. Akan tetapi, sikap dan penampilan beliau juga senantiasa rapi, bersih, dan bersahaja. Setiap kali berwudu, Rasulullah selalu bersiwak (menggosok gigi). Sesudah makan, beliau juga bersiwak dan menjelang tidur pun beliau bersiwak.

Rasulullah tekun memelihara kebersihan tubuhnya. Tidak ada satu pun keterangan yang menyebutkan bahwa tubuh beliau kotor dan kusam. Bahkan, keringatnya pun harum. Saking harumnya, menurut salah satu riwayat, sampai-sampai istri beliau sangat ingin menampung keringatnya.

Dalam urusan-urusan kecil pun Rasulullah senantiasa memberikan keteladanan. Beliau menganjurkan kita agar menggunting kuku serta membersihkan bulu-bulu tubuh. Paling tidak, hal itu dilakukan setiap hari Jumat. Dalam hadis, Rasulullah saw. bersabda, ”Sesungguhnya Allah itu Baik dan menyukai kebaikan, (Allah) Bersih dan menyukai kebersihan, (Allah) Pemurah dan senang pada kemurahan hati, (Allah) Dermawan dan senang kepada kedermawanan.” (H.R. Turmudzi).

Dengan demikian, tidak ada lagi alasan untuk menunda-nunda hidup bersih. Mari kita jadikan detik demi detik di bulan mulia ini menjadi saat kita mampu membersihkan lisan kita, pandangan kita, hati kita, dan harta kita.

Mudah-mudahan uraian ini dapat membuat kita semakin bergairah dalam menata diri menjadi pribadi bersih. Sebab, yang kita perbuat sebenarnya adalah pancaran dari kalbu kita. Seumpama sebuah teko, ia hanya akan mengeluarkan isi yang ada di dalamnya. Jika di dalamnya air kopi, yang keluar juga air kopi. Bila di dalamnya air teh, yang keluar juga air teh, begitu seterusnya. Begitu pula dengan perilaku lahiriah kita adalah cermin kalbu kita yang sesungguhnya.

Ibadah saum Ramadan, saat kita dituntut semaksimal mungkin untuk dapat mengendalikan hawa nafsu, merupakan saat yang tepat untuk melatih kebersihan pribadi maupun lingkungan di sekitar kita. Apabila seorang hamba kalbunya telah bersih, bening, dan lurus, karena telah terkelola dengan baik, akan tercermin pula dari perilaku lahiriahnya. Di antaranya dapat dilihat dari raut muka atau wajah, karena kalau hati cerah, ceria, senang, tulus, dari wajah juga akan tersembul pancaran ketulusan, dan senantiasa memancar energi yang membahagiakan orang lain.

Sudah seharusnya menjadi cita-cita jauh di lubuk hati kita yang terdalam untuk menekatkan diri menjadi seorang pribadi bersih hati yang selalu dicintai dan dinanti kehadirannya. Karena sungguh akan sangat berbahagia orang-orang yang sikap dan tingkah lakunya membuat orang di sekitarnya merasa aman. Karena perilaku kita adalah juga cerminan kondisi kalbu kita. Kalbu yang bening, tingkah lakunya akan bening menyenangkan pula. Hal ini tiada lain buah dari pengelolaan kalbu yang benar, sungguh-sungguh, dan istikamah insya Allah. Selamat menikmati kebahagiaan Ramadan dan selamat berjuang menata kebersihan diri. Wallahu a'lam. ( K.H. ABDULLAH GYMNASTIAR )

0 Komentar